Jumat, 22 Juli 2011

FOTO KKN KELOMPOK C STAI AL MA'ARIF BUNTOK

KKN KEOMPOK C DI DESA BUNTOK SEBERANG
Foto pelepasan KKN di kantor PEMDA Barsel

Foto kerja bakti menbersihkan jalan di Buntok seberang
Foto mengajar mengaji di TK/TPA buntok seberang
Foto membuat papan tulis untuk TK/TPA di buntok seberang
Foto memasang pentilasi TK/TPA buntok seberang
Foto memasang rangka dan plopon TK/TPA buntok seberang
Foto memasang les plopon dan men cat ruangan TK/TPA buntok seberang
Foto kerja bakti bersama masyarakat buntok seberang

Kamis, 21 Juli 2011

CARA MENGHAPUS ICON BANDEL DI DESKTOP


Cara menghapus icon bandel oleh virus di desktop sahabat,icon yang mau di  delete tidak  bisa didelete, karena kalau di klik kanan timbul tulisan Hacked dan Create shortcut , contoh icon PNSfuCk, langsung azza ke tkp……..
Cara delete icon di desktop :
1. Klik kanan di Desktop
2. Pilih “ Arrange Icon By”
3. Pilih  “Run Desktop Cleanup Wizard”
4. Tekan “Next”

5. Beri tanda centang pada icon yang mau di delete, dan next kembali

6.  Terakhir  tekan Finish

Selesai Desktop sahabat bersih kembalii dari pemandangan icon2 virus yang bandel….. thx


Senin, 18 Juli 2011

JANGAN TERPANCING EMOSI OLEH TUTUR KATA BURUK SESEORANG YANG DIARAHKAN KEPADA ANDA

JANGAN TERPANCING EMOSI OLEH TUTUR KATA BURUK SESEORANG YANG DIARAHKAN KEPADA ANDa

Diantara perkara yang bermanfaat adalah hendaknya anda mengerti, bahwa tindakan menyakiti yang dilakukan orang kepada anda, khususnya dengan kata-kata yang buruk, tidaklah membahayakan anda, bahkan justeru membahayakan diri mereka sendiri. Kecuali, jika anda sibukkan diri anda untuk terus memikirkan tindakan mereka yang menyakiti itu dan anda izinkan ia untuk menguasai perasaan dan emosi anda. Maka, saat itulah akan membahayakan anda, sebagaimana membahayakan mereka juga. Namun, jika anda anggap angin lalu, tidaklah hal itu membahayakan anda sedikitpun.


Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

PANDAI-PANDAILAH MEMILIH DAN MEMILAH PEKERJAAN

PANDAI-PANDAILAH MEMILIH DAN MEMILAH PEKERJAAN
Seyogiayanya anda memilih yang terpenting dari sekian pekerjaan yang bermanfaat, lalu yang berikutnya dan berikutnya, sesuai urutan nilai kepentingannya. Juga, hendaklah anda memilah mana yang dicenderungi dan sangat diminati oleh hati anda. Karena, hal sebaliknya akan membuahkan kebosanan, menurunnya semangat dan keruhnya pikiran. Jadikanlah pemikiran yang benar dan bermusyawarah sebagai penolong anda untuk itu. Maka, tidak akan menyesal seseorang yang meminta pendapat orang bijak.

Pelajarilah dengan cermat apa yang hendak anda lakukan. Jika anda telah yakin akan kemaslahatan dan bertekad kuat untuk melakukannya, bertawaqallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawaqal.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

SELESAIKAN PEKERJAAN TEPAT WAKTU

SELESAIKAN PEKERJAAN TEPAT WAKTU
Di antara hal yang bermanfaat ialah menyelesaikan pekerjaan yang sedang ditangani dan berkosentrasi menghadapi yang akan ditangani. Karena, jika pekerjaan itu tidak anda selesaikan, akan tertumpuklah di depan anda sisa pekerjaan yang lalu ditambah pekerjaan berikutnya, dan beban pun akan menjadi berat. Maka, jika anda tentukan segala sesuatu tepat waktu, niscaya anda dapat menghadapi hal-hal yang akan datang dengan pikiran yang optimal dan penanganan yang optimal pula.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

JADIKANLAH KETENANGAN BATIN DAN PEMUSATAN JIWA SEBAGAI PEMBANTU ANDA MENANGANI PEKERJAAN PENTING.

JADIKANLAH KETENANGAN BATIN DAN PEMUSATAN JIWA SEBAGAI PEMBANTU ANDA MENANGANI PEKERJAAN PENTING.
Pusatkan perhatian anda kepada hal-hal yang bermanfaat, berbuatlah untuk merealisasikannya, dan janganlah menoleh ke hal-hal yang membahayakan atau merugikan, agar dengan itu anda dapat melupakan hal-hal yang menyebabkan kegundahan dan kesedihan. Jadikanlah ketenangan batin dan pemusatan jiwa sebagai pembantu anda untuk menangani pekerjaan-pekerjaan penting.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

CIPTAKAN SUASANA JERNIH DAN MANIS DI BALIK KEKERUHAN

CIPTAKAN SUASANA JERNIH DAN MANIS DI BALIK KEKERUHAN
Di balik suasana-suasana kekeruhan, hendaknya anda dapat 
menciptakan suasana yang jernih dan manis. Dengan demikian, jernihnya kelezatan dan kenikmatan hidup ini akan bertambah dan suasana-suasana yang keruhpun akan sirna.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

MERAIH DAN MELAKUKAN AL-FADHA’IL (TINDAK-TINDAK UTAMA)

MERAIH DAN MELAKUKAN AL-FADHA’IL (TINDAK-TINDAK UTAMA)

Di antara sarana yang dapat membawa ketentraman adalah meraih dan melakukan al-fadha’il (tindak-tindak utama berupa apapun). Lakukan itu seirama dorongan batin, tanpa mengada-ada yang justeru membuat anda mengeluh dan turun tangga, gagal meraih keutamaan itu, karena anda telah melalui jalan yang berbelok.

Ini adalah suatu hikmah perjalanan.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

BERSIKAP ADIL DAN BIJAKSANA DALAM BERGAUL

BERSIKAP ADIL DAN BIJAKSANA DALAM BERGAUL

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Janganlah seorang mu’min lelaki membenci seorang wanita mu’minah. Karena, kalaupun ia tidak menyenangi suatu karakter yang ada padanya, tentu ia menyenangi karakter lain yang ada padanya” [1]

Hadits ini mengandung dua hikmah yang agung.

Pertama.
Arahan untuk bergaul dengan isteri, kerabat dekat, teman, orang yang bekerja sama dengan anda, dan semua yang ada keterkaitan dan hubungan antara anda dan dia. Yaitu, seyogianya anda tata batin anda dalam bergaul dengannya, bahwa pasti ia mempunyai cela atau kekurangan atau hal lain yang tidak anda sukai. Jika anda dapati hal yang demikian, bandingkanlah itu dengan kuatnya pertalian dan kesinambungan cinta antara anda dan dia yang wajib atau seyogianya anda bina, dengan mengingat sisi-sisi kebaikan, maksud-maksud baik yang bersifat umum atau khusus yang ada pada dirinya. Dengan menutup mata dari sisi-sisi keburukkan dan memandang sisi kebaikan, persahabatan dan tali hubungan akan langgeng dan ketenteraman batin akan terwujud bagi anda.

Kedua.
Yaitu hilangnya kegelisahan maupun keguncangan,langgengnya ketulusan cinta, keberlanjutan menunaikan tuntunan bergaul yang bersifat wajib maupun sunnah, dan terwujudnya ketentraman batin antara kedua belah pihak.
Baransiapa yang tidak mengambil pelajaran dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, tetapi bahkan ia melakukan sebaliknya, yaitu dengan memperhatikan sisi-sisi keburukan dan membutakan mata dari melihat sisi-sisi kebaikan, maka pasti ia akan guncang dan gelisah, dan pasti tidaklah mulus cinta yang ada antara dia dan orang yang sudah terjalin hubungan dengannya. Disamping itu, sejumlah hak maupun kewajiban yang harus dipelihara oleh masing-masing dari keduanyapun akan putus.

Banyak tokoh atau pahlawan yang mampu menguatkan hatinya untuk sabar dan tenang saat terjadinya bencana atau malapetaka besar. Namun, di saat menghadapi perkara-perkara remeh dan sederhana, maka justeru guncang, dan kepolosan hatinya tidak jernih lagi. Sebabnya adalah karena mereka dapat menguatkan hati dalam menghadapi perkara-perkara besar,namun saat menghadapi perkara-perkara kecil, justeru mereka biarkan diri mereka tanpa kontrol, sehingga membahayakan mereka dan berefek buruk pada ketenangan mereka.

Orang yang berkepribadian kokoh mampu menguatkan hatinya untuk menghadapi perkara kecil maupun besar. Ia memohon pertolongan Allah untuk menghadapinya dan memohon agar Allah tidak menitipkan dirinya kepada dirinya walau sekejap mata. Maka, di saat itulah perkara kecil menjadi mudah baginya, sebagaimana perkara besar pun menjadi mudah. Dan, ia tetap berjiwa tenteram dan berhati tenang dan nyaman.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
_________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab Ar-Radha bab Al-Washiyyah bin Nisa'

BERPRILAKU BAIK MELALUI UCAPAN, PERBUATAN, DAN SEGALA BENTUK AL-MA’RUF

BERPRILAKU BAIK MELALUI UCAPAN, PERBUATAN, DAN SEGALA BENTUK AL-MA’RUF
Diantara sarana untuk menghilangkan kegundahan, kesedihan dan kegelisahan adalah : Berprilaku baik kepada orang lain melalui ucapan, perbuatan dan segala bentuk al-ma’ruf (kebajikan). Semua itu adalah kebaikan untuk diri dan tindak kebajikan untuk orang lain. Lantaran kebajikan itu dan sesuai dengan kadar kebajikan itu jua, Allah menangkis segala kegundahan dan kesedihan, baik untuk orang yang berprilaku baik atau untuk orang yang jahat. Hanya saja, yang diperoleh orang mu’min lebih sempurna. Ia unggul karena kebaikannya timbul dari keikhlasan dan keberharapan hanya pada pahala Allah. Karena ia mengharapkan yang baik, maka Allah memudahkan baginya berprilaku baik. Dan, karena ikhlas dan hanya mengaharap pahala dari Allah, maka Allah menangkis untuknya segala cobaan berat. Allah berfirman.

“Artinya : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan pembicaraan-pembicaraan antara mereka, kecuali pembicaraan orang yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau melakukan kebajikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami mengaruniakan kepadanya pahala yang besar” [An-Nisaa : 114]

Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan, bahwa itu semua adalah suatu kebaikan yang timbul dari pelakunya. Sedangkan suatu kebaikan akan menghasilkan kebaikan dan menangkis keburukan. Dan bahwasanya orang mu’min yang hanya berharap pahala Allah akan dianugrahi olehNya pahala yang agung. Termasuk pahala agung itu adalah hilangnya kegundahan, kesedihan, keruwetan hati dan semacamnya.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia hal 11-22, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabai Jakarta]

BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH DENGAN SEBENARNYA .BAG.2

BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH DENGAN SEBENARNYA 
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]

Semua itu dapat dilihat melalui pengalaman.

Satu Gambaran.
Jika anda mengamati dan menilai keadaan orang pada umumnya dengan barometer iman dan amal shaleh, maka anda akan melihat perbedaan jauh antara orang mu’min yang berbuat sesuai tuntunan imannya dan yang tidak demikian. Hal itu karena Islam sangat menganjurkan qana’ah (menerima dengan penuh kerelaan) terhadap rezki dari Allah dan terhadap ragam karunia dan kemurahanNya yang diberikanNya kepada para hambaNya.

Orang mu’min jika diuji dengan datangnya penyakit atau kefakiran atau semacamnya –yang setiap orang bisa menjadi sasaran cobaan itu-, maka dengan iman dan jiwa qana’ah serta ridha terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya, anda dapati ia berhati sejuk dan bermata ceria, tidak menuntut sesuatu yang tidak ditakdirkan untuknya. Di segi materi, ia memandang kepada yang lebih rendah, tidak memandang kepada yang lebih atas. Bisa jadi, kegembiraan, kesenangan dan ketentraman batinnya melebihi orang yang meraih semua keinginan duniawi, jika orang itu tidak dikarunianya jiwa qanaah.

Kemudian, anda dapati orang yang tidak berbuat sesuai dengan tuntunan iman, jik ia diuji dengan sedikit kefakiran saja, atau tidak diperolehnya keinginan-keinginan duniawinya, maka anda dapati ia sangat hancur dan sengsara.

Gambaran Lain.
Jika terjadi pada seseorang hal-hal yang menakutkan dan ia tertimpa malapetaka dan bencana, maka orang yang benar imannya akan anda dapati ia berhati teguh, berjiwa tenteram lagi tegar menangani dan menyetir sesuatu yang menimpanya dengan pikiran, ucapan dan tindakan yang dimampuinya. Ia kukuhkan jiwanya untuk menghadapi bencana yang menimpa itu. Sikap semacam ini adalah sikap yang menentramkan dan mengukukuhkan hati seseorang.

Sebaliknya, orang yang tidak memiliki iman, jika terjadi peristiwa-peristiwa yang menakutkan, anda dapati ia guncang hatinya dalam menghadapinya, syaraf-syaraf tegang, dan pikirannya tercerai-berai. Rasa kekhawatiran dan ketakutan merasuk jiwanya. Rasa ketakutan dari ancaman luar dan seribu gejolak di dalam telah tertumpuk menyatu dalam dirinya, yang tidak mungkin digambarkan. Manusia semacam ini, jika tidak memiliki beberapa sarana terapi alami yang hal itu membutuhkan latihan banyak, maka ketahanan dirinya akan luluh dan syaraf-syarafnya pun akan tegang. Itu semua karena ia tidak memiliki iman yang dapat membawanya untuk bersabar, terutama dalam situasi sulit dan kondisi yang menyedihkan lagi mengguncang.

Orang baik dan orang jahat, orang mu’min dan orang kafir adalah sama di sisi keberanian yang diperoleh melalui upaya atau latihan dan sisi naluri (insting) yang berfungsi melipur dan menurunkan volume rasa takut. Akan tetapi, orang mu’min, dengan kekuatan imannya, kesabarannya, kepasrahan dan kebersandarannya kepada Allah serta keberharapannya pada pahalaNya, ia unggul dengan memiliki nilai-nilai lebih yang meningkatkan keberaniannya, meringankan tekanan rasa takutnya dan membuatnya memandang kecil segala kesulitan yang dihadapinya.

Allah berfirman.

“Artinya : Jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula) sebagaimana apa yang kamu derita. Sedangkan kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan” [2] [An-Nisaa : 104]

Para mum’min danugrahi ma’unah (pertolongan), ma’iyyah (rasa Kebersamaan) dan madad (bantuan) Allah yang khusus, yang dapat menyirnakan segala ketakutan.

Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama [3] orang-orang yang bersabar” [Al-Anfal : 46]


[Disalin dari kitab Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa'idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penulis Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma'ruf, Diterbitkan Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
_________
Foote Note
[3] Yakni : dengan mengaruniakan pertolongan, kemenangan dan dukunganNya (Taisiru-l-Mannan)
 

BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH DENGAN SEBENARNYA .BAG.1

BERIMAN DAN BERAMAL SHALIH DENGAN SEBENARNYA
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]

Sarana yang paling agung yang merupakan sarana pokok dan dasar bagi tergapainya hidup bahagia ialah : beriman dan beramal shalih. Allah Azza wa Jalla berfirman:

"Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih[1], baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka sesungguhnya akan Kami karuniakan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka lakukan." [An-Nahl: 97]

Kepada orang yang memadukan antara iman dan amal shalih, Allah Ta’ala memberitahukan dan menjanjikan kehidupan yang baik di dunia dan pahala yang baik di dunia dan akhirat.

Sebabnya jelas. Karena, orang-orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang benar lagi membuahkan amal shalih yang mampu memperbaiki hati, akhlak, urusan duniawi dan ukhrawi, mereka memiliki prinsip-prinsip mendasar dalam menyambut datangnya kesenangan dan kegembiraan, ataupun datangnya keguncangan, kegundahan dan kesedihan.

Mereka menyambut segala hal yang menyenangkan dan menggembirakan dengan menerima, mensyukurinya dan mempergunakannya untuk seeuatu yang bermanfaat. Jika mereka menggunakannya demikian, maka niscaya hal itu akan melahirkan nilai-nilai agung di balik kegembiraan karenanya, pendambaan kelanggengan dan keberkahannya, dan keberharapan pahala seperti pahala yang diperoleh para hamba yang bersyukur. Nilai-nilai itu, dengan setumpuk buah dan keberkahannya, justru mengungguli wujud kegembiraan-kegembiraan itu, yang itupun bagian dari buahnya.

Mereka hadapi cobaan, mara bahaya, kegundahan dan kesedihan dengan melawan apa yang mungkin dilawannya, menepis sedikit apa yang mungkin ditepis, dan bersabar terhadap apa yang harus terjadi tidak boleh tidak. Dengan demikian, dibalik cobaan cobaan itu lahirlah nilai-nilai agung berupa sikap melawan yang penuh arti, pengalaman dan kekuatan serta kesabaran dan ketulusan untuk hanya berharap pahala Ilahi. Dengan meletakkannya nilai-nilai agung itu di hati, kecillah di mata mereka aneka cobaan berat. Sedangkan yang bersemayam di hati justeru kesenangan, cita-cita mulia dan dambaan untuk menggapai karunia dan pahala dari Allah.

Dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ini, beliau bersabda.

“Artinya : Sunnguh mengagumkan perihal mu’min. Semua hal yang dialaminya adalah baik. Jika ia mendapat hal yang menyenangkan, ia bersyukur. Maka hal itu menjadi suatu kebaikan baginya. Jika ia tertimpa hal yang menyakitkan, ia bersabar. Maka hal itu menjadi suatu kebaikan baginya. Sifat itu tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mu’min” [Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Fathur Rabbani Lil Tartibi Musnadil Imam Ahmadabni Hanbal AS-Syaibani, Kitab Al-Qadar. Muslim, Shahih Muslim, Kitan Az-Zuhud Wa Ar-Raqaiq]

Rasulullah menerangkan bahwa keberuntungan, nilai kebaikan dan buah prilaku mu’min berlipat ganda pada saat mengalami kesenangan ataupun cobaan. Oleh sebab itu, bisa jadi anda jumpai dua orang yang sama-sama mengalami ujian berupa keberuntungan dan bencana. Namun, antara satu dan yang lain berbeda jauh dalam menghadapi ujian itu, sesuai dengan kadar iman dan amal shalih yang ada pada diri masing-masing.

Orang yang beriman dan melakukan amal shalih menghadapi keberuntungan dengan rasa syukur dan sikap prilaku yang membuktikan kesungguhan syukur itu, dan menghadapi bencana dengan bersabar dan bersikap prilaku yang membuktikan kesungguhan kesabaran itu. Dengan demikian, hal itu dapat membuahkan di hatinya kesenangan kegembiraan dan hilangnya kegundahan, kesedihan, kegelisahan, kesempitan dada dan kesengsaraan hidup. Selanjutnya, kehidupan bahagia akan benar-benar menjadi realita baginya di dunia ini.

Sedangkan yang lain menghadapi kesenangan hidup dengan kcongkakan, kesombongan dan sikap melampui batas. Lalu, melencenglah moralnya. Ia menyambut kesenangan hidup seperti halnya binatang yang menyambut kesenangan dengan serakah dan rakus. Seiring itu, hatinya tidak tenteram. Bahkan, hatinya bercerai berai oleh berbagai hal. Hatinya bercerai-berai oleh kekhawatirannya terhadap sirnanya segala kesenangan dan banyaknya benturan-benturan yang pada umumnya, muncul sebagai dampaknya. Harinya bercerai berai tak menentu, karena memang hasrat jiwa tidak mau berhenti pada suatu batas. Bahkan, terus gandrung kepada keinginan-keinginan lain, yang kadangkala dapat terwujud dan kadangkala tidak dapat terwujud.

Andaikan di bayangkan dapat terwujud, ia pun tetap gelisah oleh hal-hal tadi. Ia pun menyambut cobaan yang sulit dengan rasa gelisah, keluh kesah, khawatir dan gusar. Tidak usah anda bertanya tentang dampak buruk dari itu semua, yang berupa kesengsaraan hidup, teridapnya penyakit jiwa maupun syaraf dan rasa kekhawatiran bercampur ketakutan yang bisa jadi, pada gilirannya akan menyeret ke kondisi yang paling buruk dan malapetaka yang paling mengerikan. Karena ia tidak mempunyai harapan pada pahala Ilahi dan tidak memiliki kesabaran yang mampu melipur hatinya dan meringankan beban yang dirasakannya.


[Disalin dari kitab Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa'idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penulis Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma'ruf, Diterbitkan Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
_________
Foote Note
[1] Ibnu Katsir, dalam Tafsiru l Qur'an-l Azhim, mengatakan : man 'amila shalihan, wa huwa al-amalu-l-mutabi; li Kitabillahi Ta'ala wa sunnati Nabiyyihi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maksudnya, yaitu amal (perbuatan) yang mengikuti kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.
[2] Yaitu keberuntungan dengan memperoleh pahalaNya dan keselamatan dari siksaNya (Taisiru-l-Mannan).

SILABUS & RPP KTSP untuk MTs Kelas VII, VIII, dan IX

Download Silabus RPP KTSP Madrasah Tsanawiyah  kelas 1  kelas 2 kelas 3 VII, VIII, IX

*Download Silabus RPP MTs Kelas 1/VII*



*Download Silabus RPP MTs Kelas 2/VII*






*Download Silabus RPP MTs Kelas 3/IX*
1. Mata pelajar Fiqih 
2. Mata pelajaran Qur'an Hadist 
3. Mata pelajar Bahasa Arab 
4. Mata pelajar Aqidah Akhlak 
5. Mata pejaran Sejarah Islam